Internet Masuk Desa, Sehatkah?
February 18, 2012 33 Comments
Ketidakmampuan berselancar di samudra bernama internet, bersiaplah disebut ndeso, atau istilah-istilah lain yang berarti tertinggal. Belakangan, ketidakmampuan berinternet menjadi standar rujukan untuk pemberian julukan tersebut. Sekalipun yang dijuluki ndeso tinggal di kota metropolitan. Singkat cerita, internet bukan barang mewah dan baru lagi.
Ketika pertama kali mendarat di Indonesia pada tahun 1990-an, internet masih menjadi sesuatu banget. (pinjamin kata syahrini dikit ah.. 🙂 ) Onno W. Purbo, Robby Soebiakto, Putu, Firman Siregar, Adi Indrayanto, merupakan beberapa nama pendekar yang merintis perkembangan internet di indonesia, yang sampai hari ini sudah merambah hingga ke pelosok desa. Tentu kehadiran internet di pedesaan akan merubah sudut pandang dan cara kerja para petani, peternak, atau nelayan. Dengan kata lain, istilah ndeso akan terkikis secara perlahan. Karena petanipun akan melek internet.Selama ini bangsa Indonesia masih bertekuk lutut pada Thailand dalam hal pertanian. Kehebatan mereka mengolah sumber daya alam menjadi “ladang emas” patut menjadi referensi kuat bagi petani di Indonesia. Tidak dipungkiri, banyak negera lain yang datang silih berganti untuk berguru pada Thailand. Tak terkecuali, Indonesia. Mungkin, kesempatan untuk bisa belajar langsung hanya akan diperoleh orang-orang yang beruntung saja, tapi jangan berkecil hati, internet akan menjadikan nyata segalanya. Termasuk bagi petani di pelosok sekalipun. Segala macam keluhan pertanian dijawab tuntas oleh internet. Sebut saja keluhan yang sangat sering dialami pertani dewasa ini, yaitu serangan keong mas. Banyak petani yang harus menanam ulang beberapa kali. Bahkan ada yang tidak sempat menikmati hasil panen. Padahal jika dipelajari secara baik, keong mas bukanlah kendala. menghindari serangan keong mas melalui sistem pertanaman dan pengelolaan air, misalnya, akan menjawab keluhan yang diperkirakan belum ada obatnya ini. Tentu, semua teknik diatas terpampang rapi di internet. Sudahkah petani kita mengaksesnya? Mungkin jangankan mengakses, tau internet saja belum. Tak heran, petani akan selamanya jadi petani.
Lain halnya dengan hasil laut, selama ini kekayaan yang melimpah ruah tersebut kebanyakan dijual segar-segar di pasar tradisional. Padahal jika diolah sedikit saja, bisa menghasilkan banyak aneka makanan yang lain. Seperti kerupuk ikan, misalnya. Tentu, ini menjadi ladang bisnis bagi para pemuda di desa, tanpa harus menunggu datang seorang sarjana perikanan. Dengan berbekal kemauan dan akses internet, setidaknya harapan ini bisa diwujudkan. Beragam tips trik mengolah ikan menjadi kerupuk, sangat mudah ditemukan di internet. Keberhasilan Provinsi Sumatera Selatan mengekspor kerupuk ikan ke berbagai negara, menjadi patut dijadikan rujukan.
Seharusnya, masyarakat desa di seluruh indonesia merasakan indahnya berinternet sehat sebagaimana yang terjadi di Desa Pasir Waru, kecamatan Mancak, Serang, Banten. Internet telah mengubah hidup mereka. Desa ini berjarak 27 kilometer dari pusat pemerintahan Provinsi Banten, Kota Serang. Desa yang berada di pinggiran hutan dan di daerah berbukit-bukit ini tak seluruhnya telah terakses listrik. Daerah yang sudah tersambung listrik pun sekali-sekali mati karena pemadaman bergilir. Belum lagi jalan yang belum sepenuhnya teraspal, semakin keatas bukit, semakin ganas. Tapi konsumsi internet masyarakat disana layaknya di kota besar.
“Dari internet saya dapat informasi beternak lele dumbo yang baik. Tapi saya tidak percaya begitu saja. Makanya, saya bandingkan dengan peternak lele yang sukses di Serang. Ternyata caranya sama.” ujar Tusni, seperti yang dikutip kompas.com. bahkan Saat ini sudah melebarkan bisnisnya dengan membangun tiga kolam pembesaran lele dumbo di belakang rumahnya.
Tidak hanya Tusni, petani yang lainpun ikut mengeruk informasi gratis di internet. Seperti mencari tau informasi harga kelapa di pasaran. Setelah ”berdiskusi” dengan internet, kelapa tidak hanya dijual butiran, tapi beraneka olahan lain telah berhasil diciptakan. Kehidupan semakin layak, hidup semakin sehat. Internet sehat menjadikan petani sehat.
Pertanyaannya sekarang, apakah kehadiran internet tidak berdampak negatif? Jelas, ada sisi negatifnya. Tentu tidak dapat kita tepis internet bak pedang bermata dua. Satu sisi akan mengarahkan kepada perubahan yang lebih baik, satu sisi lagi bersiap-siap mengiris, menghancurkan, bahkan melenyapkan moral anak bangsa. Namun, jika ketakutan akan sisi negatif berlebihan, maka jangan pernah berharap akan ada perubahan. Segala sesuatu tergantung dari apa yang dipikirkan. Jika berpikir internet akan merusak moral anak bangsa, maka itu akan terjadi. Berpikirlah lebih banyak positifnya.
Tidak hanya sampai disitu saja, tentu ada jalan untuk mengikis penggunaan internet kearah yang negatif. Terdapat banyak aplikasi untuk menyaring content negatif, bahkan belakangan juga telah ada DNS Nawala Project. Perlu digarisbawahi kehadiran aplikasi tersebut tidak dapat menggantikan posisi orang tua, guru, praktisi IT, untuk terus membimbing dan mengayomi, hingga kehadiran internet dapat dinikmati secara sehat. interrnet sehat dambaan semua orang.
Kondisi sekarang, internet hanya diramaikan oleh kalangan berpendidikan saja. Bertebaran forum dan komunitas yang saling berbagi sesuai dengan keahlian masing-masing. Yang ahli dibidang web, meramaikan bursa ilmu web. Yang cinta pada fotografi, nongkrong di komunitas fotografi, begitu jug para pelaku sastra, saling bercinta dengan kata-kata.
Tidak mustahil, internet juga akan kedatangan komunitas baru. Komunitas para petani, peternak, nelayan, yang mungkin mereka tidak menamatkan SD sekalipun. Katakanlah akan lahir komunitas para petani padi, semisal diberi nama http://www.jagopadi.com, jika webiste ini diakses oleh seluruh petani di indonesia, maka ngaung-nya pun tidak kalah dari www.kaskus.us , www.indowebster.com dan forum-forum papan atas yang lain. Dengan semakin semaraknya kiprah petani di internet, maka semakin semarak pula ilmu yang berkembang. Beragam keluhan bisa di share dan dipecahkan bersama. Kedepan, pasti akan lahir hasil karya petani indonesia. Akan ada “jambu indonesia,” — bukan jambu thailand– “Durian Indonesia,” — bukan durian Thailand– dan sederet hasil tani yang dapat kita ekspor ke manca negara. Internet masuk desa, kenapa tidak sehat?
bagus2….
inspiratif…jarang ada yang terpikir ke arah situ sbelumnya…..
makanya jangan malu jadi petani. tapi petani yang melek it ya.
wew , mantap ..
Penulis handal kayaknya 😀
🙂 handal dari hongkong kayaknya broe
lucau juga ya kalau begitu.. hehhehe…. tapi kapan tu kira-kira bs kita realisasikan ya? Hmmmm
sibak rukok teuk sagai. hehehhehe…. merealisasikannya tidak sendiri, tapi harus bersama-sama. mari menggalakkan internet di pedesaan. khususnya bagi pemuda di desa yang putus sekolah.
canggih bahasannya bro, mudah2an di desa ane bisa di terapkan yg kya gni
……
gak ndeso lagi kan tinggal di desa? hahahha
mau jadi petani ah kalau gt kondisinya… di aceh ada gak yang kayak di banten?
tapi petani yang melek internet ya? jangan petani tradisional
salut kalau itu bisa terjadi. tpi kayaknya harus bermimpi dulu dech. petani kan gak bisa main komputer. bagi mereka komputer itu gak penting. apalagi internet.
selagi mimpi itu gratis, gak salah kan kita bermimpi?
Menurut saya ini adalah sebuah ide yang sangat inspiratif demi perkembangan ide ter update… Lanjutkan Pak ZUBIR
terimaksih wak tani… jangan sungkan-sungkan berkunjung kemari.
ini perlu direalisasikan…..
pasti 😉
saya pikir jika internet sudah masuk ke desa, nantinya anak2 desa juga akan kehilangan moral. maka, agar itu tidak terjadi perlu perhatian dari pemerintah untuk menyaring content negatif.
tulisan bagus, menggugah untuk melakukan perubahan
Terimaskih pak rinal. mana mungkin bermain air tidak basah? setidaknya, basahnya sedikit saja. dan tidak berkekalan. anda pasti ngerti maksud saya
Torehan tinta yang perfect…mungkin penerapan dalam mayarakat mudah2an menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bagi pemerintah kita jika ingin masyarakat kita maju…kita sebagai rakyat kecil yang jelata mungkin hanya bisa berkoar-koar dalam kelamnya malam,,,!
pemikiran kearah yg maju mudah2n juga dimiliki oleh semua elemen masyarakat kita…
bravo tgk Zhu Locianpwe…!
makanya, dimulai dari desa. masyarakat desa juga harus maju. kiban?
mantap mantap… nenek ku juga mw kuajarin internet ah… bira hasil padinya lebih memuaskan.
tq pak zubir infonya
mantap mantap… nenek ku juga mw kuajarin internet ah… biar hasil padinya lebih memuaskan.
tq pak zubir infonya
silakan pulang ke medan trus hari ini untuk ngajarin neneknya internet. hahhahaha
kalau sudah melek internet para petani indoneia, semoga saja tidak main judi online natinya. kalau sudah main judi online, padinya akan terlantar. hehehe
padi gak perlu dijaga tiap detik lo buk? hehehehe
ini baru pemikiran anak IT. jangan di kota saja masyarakatnya melek internet. di kampung juga harus melek. semoga bisa secepatnya bisa direalisasikan. nanti ajak saya ya kalau ada pelatihan. hehhe
tunggu aja tanggal main nya ya sang trainer… anda akan kami libatkan jika ada proyek kearah sana.
Nyo bereh tgk zubir. adak jet secepat jih langsung terealisasikan. lam gampong na internet mandum. jadi hana payah tajak u kota le.
dukung saya untuk maju dalam pilkada kali ini. hehehehe gak nyambung. pada dasarnya, di kampung juga sudah ada internet, tapi kurang maksimal. sekarang tugas kita memaksimalkan nya
petani modern memang hebat n kreatif mau berpikir, ntar ane usulin ke kamvung ane.. biar petani kamvung gak ndesso lagi 🙂
mantap boss. secepatnya diusulin. aku kirim do’a dari sini (kampung juga) hahahhaha
Pingback: Lomba Blog Internet Sehat BEM PNL 2012 | Badan Eksekutif Mahasiswa
mantaps saya juga dari rangkas malingping terinfiras cerita diats seandainya desaku bisa gak yah info saya 02132227843